Ramadhan Berkah, Ilmu Bertambah
Kamis lalu, 10 Juli 2013, Linggau
Writing Class (LCW) yang merupakan program pelatihan kepenulisan dari Forum
Lingkar Pena (FLP), Peprustakaan Kota Lubuklinggau dan Benny Institute kembali
digelar. Kali ini adalah edisi keempat yang bertepatan pada bulan ramadhan.
Bertempat di Perpustakaan Kota Lubuklinggau, yang secara rutin dilaksanakan
setiap hari Kamis pukul 14.00 WIB ini merupakan wadah bagi para penulis pemula
untuk berapresiasi, berkreatifitas, dan berimprovisasi tanpa batas dalam dunia
kepenulisan. Tak ayal jika akhirnya kelas menulis ini banyak digandrungi oleh
kalangan dari beragam strata, mulai dari anak SD, SMP, SMA, mahasiswa, bahkan
guru-guru sekalipun. Hal ini terbukti dengan bertambahnya peserta baru di setiap
pertemuannya.
Pertemuan kali ini, dimulai dengan
mengulas tugas yang selalu diberikan setiap minggunya. Jadi, pada pertemuan
sebelumnya, setiap peserta diwajib untuk mengumpulkan karyanya masing-masing,
baik itu berupa cerpen, artikel, atau pun esai. Koreksi karya tersebut diwakili
oleh Berry Budiman yang merupakan salah satu pembicara di LWC sekaligus Ketua
FLP Lubuklinggau. Seperti yang selalu dituturkannya, “Jangan pernah berpikir
jika karya kalian tidak dibaca, karena apa pun bentuk sebuah karya yang lahir
dari pemikiran serius, perlu untuk diberi penghargaan. Dan LWC ini adalah
tempat yang akan memanjakan karya-karya itu dengan apresiasi yang baik.”
Usai
berbagi ilmu bersama ketua FLP, kegiatan kelas menulis dilanjutkan dengan
pengembangan materi yang disampaikan oleh Benny Arnas, seorang penulis profesional
yang telah banyak menetaskan karya-karya terbaik dan menyabet beragam
penghargaan bergengsi. Berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, pada
kesempatan kali ini, Benny Arnas lebih menekankan pada pembuatan cerpen. Mulai dari
pembuatan paragraf awal sebuah cerpen, bagaimana paragraf awal cerpen yang
mampu menarik minat pembaca, hingga cara mendaur ulang cerpen-cerpen yang masih
dalam keadaan mentah.
Kegiatan
tersebut dimulai dengan pemaparan contoh-contoh paragraf awal sebuah cerpen
dengan genre berbeda yang diambil dari kumpulan cerpen buah karya Benny Arnas
sendiri. Beliau menjelaskan, “Sebuah buku, baik itu cerpen ataupun novel akan
dilirik pembaca atau pun tidak tergantung pada paragraf-paragraf awal karyanya.
Paragraf awal karya tersebut merupakan tolak ukur seseorang untuk melanjutkan
membaca paragraf-paragraf selanjutnya atau berhenti pada paragraf awal
saja. Maka dari itu, seorang penulis
harus bisa membaca pikiran pembacanya, memprediksi apa yang diinginkan pembaca.
Itulah kewajiban penulis jika ingin karya buatan mereka tersebut dipilih
pembeli untuk ”menemani” mereka ke meja kasir.
Tak
selesai sampai di sana saja, setelah menjelaskan secara detail ragam paragraf
awal sebuah cerpen, Benny Arnas memberikan kesempatan bagi peserta untuk
berlatih menulis sendiri paragraf awal sesuai kegemaran mereka masing-masing
dengan mengangkat tema “Cinta Segitiga”.
Hal ini mengantarkan Hadi, Icha, dan Latifah menjadi tiga peserta yang karyanya
bisa mewakili jenis-jenis penulisan paragraf pembuka sebuah cerpen, yaitu
pembukaan dengan teknik plot, deskripsi, dan setting. Mereka diizinkan
menampilkan karya mereka di depan dan mendapatkan reward berupa stiker bintang
kebanggaan.
Kembali
Benny Arnas mengomentari karya mereka, “Paragraf awal cerpen seperti inilah
yang saya inginkan, mereka bertiga mengemukakan paragraf awal mereka dengan
gaya yang berbeda. Jika Hadi
mengeksekusi paragraf awalnya dengan membuat pembaca bertanya-tanya dan penasaran
akan kelanjutan paragraf selanjutnya, lain halnya dengan Latifah yang
menggunakan permainan diksi yang tepat untuk cerpennya, tak ketinggalan
paragraf awal cerpen Icha dengan gaya zaman pujangga baru yang dinilai kuno,
tapi yang kuno-kuno ini jika didekatkan dengan jenis-jenis karya yang banyak
berserakan di pasaran, maka sesuatu yang kuno inilah yang jadi pemenangnya.”
Tentang yang terakhir, beliau pernah mengatakan bahwa menjadi berbeda memang
tak selalu baik, tapi yang terbaik selalu berbeda.
Tentu
saja kelas menulis tidak akan berakhir begitu saja, Benny Arnas pun kembali
membagi ilmu kepenulisannya, tentang bagaimana mendaur ulang cerpen jika
seorang penulis tidak mampu menuangkan idenya dalam bentuk narasi yang lebih
panjang, maka solusinya adalah Omnibus. Seperti yang dijelaskan Benny Arnas,
“Omnibus adalah kumpulan beberapa cerita-cerita berdurasi singkat yang
dikumpulkan dan dipadu menjadi satu hingga akhirnya menjadi bentuk cerpen yang
utuh. Biasanya omnibus ini akan dilakukan oleh para penulis yang ceritanya
belum rampung, atau kehabisan ide di tengah perjalanan menulisnya, maka
cerita-cerita tersebut bisa disimpan terlebih dahulu dan didaur ulang kembali
dalam bentuk omnibus.”
Bukan
kelas menulis namanya, jika tidak ada kegiatan menulis di dalamnya, kini
giliran omnibus yang mengambil peran. Tidak jauh berbeda dengan pertemuan
sebelumnya, setiap peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap
anggota kelompok diberikan tema tentang omnibus yang akan dibuat (berbeda-beda
untuk masing-masing anggota), setelah itu mereka akan bergabung dengan anggota
kelompok lain yang mendapatkan tema omnibus sama. Kemudian di kelompok baru
inilah para peserta berkutat mengembangkan tema omnibus merka dalam waktu lima
belas menit saja. Kondisi berpuasa sama sekali tidak mempengaruhi jalannya
pelatihan, justru para peserta nampak lebih percaya diri menjalani pelatihan.
Hal ini terlihat dari antusiasme dan semangat mereka dalam mengikuti pelatihan.
Setiap ilmu yang didapat dari LWC adalah modal untuk melangkah menjajaki dunia tulis-menulis.
Pengumpulan
semua cerita yang akan diubah menjadi omnibus, kemudian akan diedit oleh Bang
Benny untuk disampaikan minggu depan menjadi akhir sesi pelatihan kelas menulis
hari itu. Kembali, Benny Arnas mengeluarkan jargonnya yang khas sebagai kata
penutup pelatihan dikelasnya, “Jangan pernah bermimpi untuk menjadi penulis,
jika kalian tidak rajin membaca. Jadikan membaca itu suatu kebiasaan,
hingga kalian akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri kalian ketika
tidak membaca” tuturnya. Tepat pukul 16.00 WIB , kelas menulis ditutup. Saatnya
menanti janji untuk kumpulan cerita masing-masing kelompok yang akan diubah
menjadi omnibus, maka dari itu jangan lewatkan kelas menulis edisi mendatang,
Kamis 17 Juli 2013 pukul 14.00 WIB masih di tempat yang sama dan bagi yang
belum bergabung, silakan bergabung di LWC karena ada begitu banyak kejutan
didalamnya. ^_^
Ditulis oleh :
Liyun Pamela
03.04
|
Label:
Kegiatan FLP
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Quote
“...berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis.”
― Andrea Hirata
“Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain memperdebatkan soal-soal kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain menangisik kepedihan-kepedihan kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain, tetapi kamu jangan!”
― Habiburrahman El Shirazy
“Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh - sungguh, akan berhasil”
― Ahmad Fuadi
― Andrea Hirata
“Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain memperdebatkan soal-soal kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain menangisik kepedihan-kepedihan kecil, tetapi kamu jangan!
Biarkan orang lain menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain, tetapi kamu jangan!”
― Habiburrahman El Shirazy
“Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh - sungguh, akan berhasil”
― Ahmad Fuadi
0 komentar:
Posting Komentar